… seheboh-hebohnya perjalanan hidup, ialah perjalanan menjemput jodoh (hal 4).
Ketika ditanya jodoh idamannya, Dwi menanggapinya setengah hati. Sembari bergurau, ia mengajukan nama Alyssa Soebandono sebagai acuan (hal 13).
Untuk menghapus patah hatinya, Mubarokah kembali fokus pada olahraga bela diri. Hasilnya, ia menyabet medali perunggu pada Pekan Olahraga Provinsi Jawa Tengah tahun 2009. Tak cukup di situ, Mubarokah juga melatih anak-anak SD dan SMP untuk mengikuti POPDA (Pekan Olahraga Pelajar Daerah). Ia telah memasrahkan urusan jodohnya pada Allah. Namun, saat itulah Ahmad kembali muncul dan menjelaskan ke mana arah tujuan mereka selanjutnya (hal 41-42).
Setelah menikah, ia mengajak Nurul menyembunyikan pernikahan mereka, dari lingkungan kampus dan sekolah tempat pengabdiannya. Nurul menyetujuinya. Hingga di tahun ajaran baru, Syahrul mengundurkan diri dari sekolah tempat pengabdiannya (hal 60).
Keinginan itu terjawab ketika ia harus memperbaiki komputer milik kenalan teman kerjanya. Pemilik komputer itu serang akhwat, dengan kriteria yang diinginkannya. Sepulang dari sana, si akhwat menghubunginya melalui sebuah pesan singkat. Ia bertanya, dan bertukar pandangan tentang kehidupan, kesukaan, hingga pernikahan. Semua dipungkasi dengan kalimat ajakan menikah dari si akhwat (hal 134).
Dari kekasihnya Heru dapat mengetahui, jika penyebab utamanya adalah adat di masyarakat sekitar. Arah rumah Heru dan kekasihnya dianggap akan membawa sial, jika mereka menikah nanti (hal 181).
17 comments
Cintaku padamu, Mbak Lintang. Narasi yang renyah. Iya itu, saltik masih meliar. Hehehe. Terim kasih sudah meresensi buku berjamaah ini.
Merah Muda <3
Rasanya seperti apa ya lamaran diterima? :3
Nanyanya ke Pak Dwi
Semoga berkenan ya, Mbak. Saya merasa yakin, jika ada banyak di luar sana yang terwakili dengan buku ini. Begitu mereka membaca, bukan nggak mungkin membatin, 'ini gue banget'.
jodoh memang tak dinyana datangnya. makin dikejar makin menjauh. jauh-jauh ke jakarta, ternyata jodoh hanya selang tiga bangku ke belakang semasa masih satu ruang di kelas 5 SD.
ini komen, atau curhat?
haaa, resensi yang apik. satu kata, AJARIN! :p
Minggu
Amin. Iya. Setelah menulis ini, kembali mengulang bismillah.
Ini bukan komen, tapi curhat terkomen hari ini. Hihihi.
Begitu lah, Mbak Oky. Selalu ada perjuangan untuk hal apapun yang ingin terwujud. Bisa jadi, jika kita sudah tahu si jodoh adalah dia yang deketan di kelas, kita bakal leyeh-leyeh dan malas. Ngapain diuber, orang udah jelas? Ngapain usaha, toh udah jelas. Hehe. Ini komen apa orasi?
Ooo… begitu, Mbak Kay. *nyimak sambil manggut-manggut
kereennnya, resensimu mbak, ayo jadi narsum, enak bgt bacanya, kayak baca brosur traveling.
Minggu dateng yak
Matur suwun Mba, moga membawa manfaat buat semua.
Semoga berkenan, Mas.
Mohon maaf, resensinya sangat sederhana
Seperti makan tahu kwalik: sekali coba pengin nambah lagi! 😀 Hahaha ….
Bhaaa
Sukses buat bukunya. Ibarat film, semoga ada sekeulnya.
"Izinkan Aku Menikah Lagi, lagi dan lagi" 🙂
Hmmm…. Jadi itu keinginan Mas Rio?