Pada zaman thabi’in, hidup seorang pemuda. Dalam segala hal, pemuda ini sangat sempurna. Kaya raya, dari keturunan bangsawan, bentuk fisik yang gagah, tampan, plus saleh. Lengkap.

Hampir semua wanita di Irak memuja-muja dan mengidolakannya. Mereka bermimpi bisa memilikinya. Perempuan-perempuan yang baik berharap bisa menjadi istrinya, sementara mereka yang centil berharap bisa berzina dengannya. Bahkan sebagian wanita bangsawan siap memberikan materi dan harta sebanyak yang ia kehendaki, asalkan mau melakukan hubungan badan dengannya.

Ringkas cerita, di usia yang ke-20 tahun, kabar tentang kegantengan pemuda ini tersiar semakin luas. Ada seorang wanita cantik, kaya, dari turunan yang terkenal sekaligus istri seorang pejabat tertarik kepada pemuda ini.

Dalam sebuah  pesta, di hadapan teman-temannya ia mengatakan dengan bangga bisa menaklukkan sang pria ganteng tersebut.  

“Hai guys, suatu hari aku pasti menaklukkannya,” ucapnya tersenyum sambil menikmati sisa minumannya.

“Hebat kalau kamu bisa. Buktikan saja!” pungkas teman-temannya.

“Baiklah akan aku buktikan itu. Tunggu tanggal mainnya.”

Siasat dipersiapkan. Wanita jelita ini kemudian menemui dayang-dayangnya (para pembantu perempuan).

“Hai, Kalian kenal dengan si Fulan?” ucapnya suatu pagi menyebutkan nama seorang pria.  

“Oh iya. Itu idola kami,” jawab salah seorang dengan sedikit malu-malu.

“Apakah kalian mau berzina dengannya?”

“Tentu saja. Jangankan berzina, bisa dekat saja kami sudah merasa seperti mimpi.”

“Baiklah, saya akan menaklukkannya, setelah itu giliran kalian. Dengan syarat kalian dukung rencana saya.”

“Baik. Rencananya apa Tuan?”

Mereka kemudian manggut-manggut dan tersenyum lebar setelah mendengarkan bisikan sang majikan.  

Rumah pemuda ini tidaklah begitu jauh dari kediaman sang istri pejabat jelita ini. Bahkan setiap hari, ia bisa melihatnya melintas di depan rumah saat akan berjemaah di masjid.

Rencana telah disusun dengan matang, dengan melibatkan beberapa pembantunya. Tibalah waktu yang ditunggu-tunggu itu, suami si cantik mendapatkan tugas negara. Karena belum adanya transportasi yang memadai terkadang perjalanan dinas membutuhkan waktu yang cukup lama, berbulan-bulan.

“Kalau pemuda itu lewat depan rumah tolong kamu tipu dia agar bisa masuk ke dalam rumah. Apa pun caranya,” instruksinya kepada dua pembantunya.

Saat pemuda lewat, dengan tergopoh-gopoh keduanya mendekat sambil melambaikan tangan agar berhenti sejenak.

“Wahai anak muda, tolonglah kami, ibu majikan kami sedang sekarat dalam rumah. Tidak ada orang lain. Suaminya sedang keluar kota. Plisss tolonglah!” ajak dua orang pembantu dengan wajah sedih yang dibuat-buat.

Tidak ada rasa curiga, tidak ada prasangka apa pun, maka masuklah pemuda ini ke dalam rumah.

Begitu masuk, “Kreeek.. kreeeekkkkkkkk.”

Terdengar suara pintu dikunci dari dalam. Belum hilang kagetnya, muncul wanita jelita dari dalam sebuah kamar yang indah. Dengan dandanan yang menawan, pakaian tipis, tercium harum tubuhnya. Wanita ini melangkah gemulai mendekati pemuda tersebut.

“Kamu harus bersetubuh denganku! Jika kamu menuruti, maka akan aku berikan apa pun yang kamu minta dan kamu boleh datang ke sini untuk mengulanginya lagi. Kapan pun yang kamu mau.”

Merasa terjebak, pemuda ini mencoba menasihati wanita yang sudah dikuasai setan.

“Wahai Tuan, takutlah kepada Allah! Allah akan melihat kita. Jangan Anda khianati suamimu!”

Merasa godaannya tidak berhasil, wanita tersebut mengancam, “Kalau kamu tidak mau, maka aku akan berteriak bahwa kamu mau memperkosaku.”

Merasa tidak ada pilihan lagi, pemuda ini pun berdoa dalam hati, “Ya Allah sesungguhnya aku selalu menjaga kesucian kemaluanku agar aku tidak berzina, tidak melanggar hukum-Mu. Engkau jadikan zina sebagai dosa besar. Sekarang aku dijebak untuk berzina. Selamatkan aku dari jebakan ini ya Allah.”  

Doa yang dilantunkan penuh harap ini dijawab Allah dengan memberikan rasa mules. Rasa mual yang mengantarkannya sangat ingin buang air.

“Maaf Tuan, perut saya sakit, izinkan saya buang air,” ucapnya serius

“Baiklah.  Itu WC di sana. Silakan! Tetapi, kamu harus tetap bersetubuh denganku setelah selesai hajatmu.”

Dalam kamar kecil, pemuda ini terus berpikir bagaimana bisa lolos dari jebakan ini. Muncul ide ‘gila’. Diambilnya sedikit kotoran, kemudian dioleskan di baju dan sebagian tubuhnya. Dia abaikan kebersihan dan keharuman tubuhnya yang selama ini dijaganya.

Begitu keluar, terdengar pekikan kecil, “Ih, kok begini sih, jorok sekali. Aku nggak mungkin bersetubuh dengan pria jorok.”

“Ya beginilah saya sekarang.” Jawab pemuda ini penuh kemenangan.  

“Keluar! Tidak pantas kamu berada di rumahku ini.”

Dengan sedikit berlari ia keluar dari rumah mewah ini. Hampir saja imannya lepas dan terjerembab ke dalam perbuatan nista. Di luar rumah sang pemuda sujud syukur penuh haru.

“Terimakasih ya Allah.”  *)

***

Ditulis oleh: Syahrul 
seorang guru yang masih terus belajar menyelami profesinya. Provokator Gerakan Guru Menulis dan Gerakan Ayah Menulis. Penulis buku, “Berdagang dengan Allah Nggak Ada Ruginya.”

Reviewer: Jack Sulistya

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *