![]() |
Sumber gambar: wallhere.com |
Serambi
Di depan, ia akrab dengan orang asing
Di tengah, ia merekam tawa dan bising
Di belakang, ia menyimpan rahasia para penghuni
Di tengah, ia merekam tawa dan bising
Di belakang, ia menyimpan rahasia para penghuni
Dapur
Jika dia tak datang sore ini,
Tak perlu kau mendidih,
Karena apa–apa yang menguap,
Tak terpegang, tak kembali.
Tak perlu kau mendidih,
Karena apa–apa yang menguap,
Tak terpegang, tak kembali.
Kamar
Doa-doa yang kau bentangkan malam tadi,
Dan aroma terapi yang tersisa pagi ini,
Membuatmu mawas diri
Terjaga hingga dini hari,
Karena semua yang tersimpan rapi,
Berarti perih tak terperi.
Jika kau ungkit sedikit,
Terluka lagi sedih,
Tersayat dalam nyeri.
Dan aroma terapi yang tersisa pagi ini,
Membuatmu mawas diri
Terjaga hingga dini hari,
Karena semua yang tersimpan rapi,
Berarti perih tak terperi.
Jika kau ungkit sedikit,
Terluka lagi sedih,
Tersayat dalam nyeri.
Dinding
Yang kokoh berdiri,
Menjadi Inti segala inti,
Adalah dia yang akrab dengan berbagai emosi,
Yang tegar melewati bisikan di malam sepi,
Ataupun kasak kusuk di pagi berseri.
Menjadi Inti segala inti,
Adalah dia yang akrab dengan berbagai emosi,
Yang tegar melewati bisikan di malam sepi,
Ataupun kasak kusuk di pagi berseri.
Ruang Tengah
Ampas di secangkir kopi,
Remah kue di atas laci,
Kaki yang menjulur di depan layar TV,
Desing kipas pada ruang ini,
Juga kelakar jarum jam di dinding,
Adalah prasasti dan saksi,
Untuk masa lalu dan kini.
Remah kue di atas laci,
Kaki yang menjulur di depan layar TV,
Desing kipas pada ruang ini,
Juga kelakar jarum jam di dinding,
Adalah prasasti dan saksi,
Untuk masa lalu dan kini.
Taman
Kesetiaan embun pada pagi,
Seperti isyarat kepada bening hati,
Agar kau khatam mencari,
Sebab renjana tak pernah berebutan mengambil porsi,
Mereka tahu diri,
Bahwa sendiri adalah hak setiap pribadi.
Seperti isyarat kepada bening hati,
Agar kau khatam mencari,
Sebab renjana tak pernah berebutan mengambil porsi,
Mereka tahu diri,
Bahwa sendiri adalah hak setiap pribadi.
Ditulis oleh: Wahyu Mardhatillah. Tinggal dengan keluarga kecil di kota penuh romantisme Yogya. Rumah virtualnya ada di IG @wahyumardha, www.thediaryofquestions.wordpress.com, dan www.cintaanakyatim.com.
Facebook Comments
4 comments
Asyiiik
Ruang 'belakang'? Gudang? Belum ada, Ka. Mungkin di Rumah bagian 3 heee
Wkwkwkwk. Gudang, antara masa lalu dan masa depan.
Ok