Perlahan, aku mulai paham, mengapa Abah rela melebur dengan dunia Ondel-ondel. Ada ruh yang perlahan mulai mengisi jiwaku, dan aku tidak ingin mengulang sejarah.
Dia tertawa kecil. “Ya, ampun. Ternyata masalah itu.” Aku meliriknya malu-malu. “Biarkan saja mereka berpikir begitu. Toh, memang terjadi sesuatu diantara kita kan?”
Luna berlari pelan ke arah jatuhnya cahaya berkilau itu. Kepalanya semakin berdenyut menyakitkan, dan begitu sampai di mana cahaya itu jatuh, Luna melihat seorang remaja seumurannya dengan pakaian serba putih.
“Sarah, apa yang membuatmu tidak nyaman berada di rumah ini?” Tanganku masih belum beranjak dari punggung istriku. Berharap dapat mengirim getar kedamaian yang bisa meredakan ombak di hati Sarah.